Neo Journey; Terlahir di Dunia Kedua X.
Oleh; Labib Syauqi
Umurku baru dua puluh satu hari di
sini, jadi belum banyak yang bisa aq kerjakan, seperti seorang anak kecil yang
baru lahir, tentu belum banyak yang bisa dia kerjakan, tetapi dia banyak
belajar dengan kehidupannya. Persis seperti keadaanku sekarang, semua yang ada
disekitarku benar-benar berbeda dengan duniaku sebelumnya. Mulai dari cuacanya
yang dingin (meskipun sebenarnya belum masuk musim dingin) membuatku seperti
merasa jalan-jalan dalam kulkas raksasa, di manapun aq sembunyi, tetep saja
terasa dingin.
Makan aq masih belajar, makanan dan
selera perut orang negeri kebap sangat berbeda dengan selera orang negeri
sambel. Dulu yang biasanya aq makan roti hanya untuk ngemil dan obat kepengen
saja, sekarang aq harus menyantapnya tiap hari, dan bahkan untuk sumber pokok
tenaga dalamku pada setiap aktifitas sepanjang hari. Kombinasi aneh menu makan
sehari-haripun menjadikan cacing pita pada perutku harus beradaptasi dan
berkenalan dulu dengan mereka. Roti mirip ‘buaya’ yang kemudian dicocol dengan
semacam sirup muanis banget, kemudian ditambah keju muda mentah yang rasanya
asem plus buah zaytun yang sangat asin hingga mendekati pahit, belum lagi
minumnya yogurt ‘Ayran’ yang rasanya seperti susu basi. Aq harus
manggut-manggut dan membuat ekspresi wajah, seperti ketika ‘Pak Bondan’
menyantap ikan gurame bakar saus tiram, dengan sambel goreng ati pedas, dan
minum es kopyor, kemudian mengatakan ‘Mak nYuzz’, meskipun terpaksa.
Bicara aq juga belajar dari awal,
mulai dari alfabetnya, berhitung, hingga belajar mengucapkan setiap kata baru
yang aq denger. Bener-bener seperti anak kecil umur satu setengah tahun yang
sedang mulai belajar bicara. Tak jarang aq harus menggunakan jurus terakhirku
dengan bahasa pantomim jika aq menginginkan sesuatu yang mereka tidak ngerti
bahasaku, persis seperti anak kecil yang nangis meminta sesuatu pada emaknya.
Belum lagi budaya dan kehidupan
orang sini pasti juga berbeda. Negara “transisi” yang masih berusaha menjadi
Eropa namun belum diakui, tetapi juga enggan menjadi bagian dari Asia. Izmir
adalah kota yang aq tempati sekarang, merupakan empat kota terbesar di Turki
disamping Istanbul, Ankara, dan Adana. Kotanya indah memang, kotanya terletak
di perbukitan tetapi juga dekat dengan laut yang sangat bersih dan indah.
Bersih dan tertib menjadi pembeda dengan Jakarta. Bersih karena kedewasaan
masyarakatnya untuk menjaga kebersihan sangat tinggi. Tidak ada orang yang
meludah di tempat umum, dan tong sampahpun dapat dengan mudah kita jumpai di
mana-mana. Style dan dandanan orang sini memang rapi dan merujuk Eropa sebagai
acuan, dari orang-orang kantoran sampai orang yang pergi ke pasar bisa
dikatakan semua rapi. Bahkan supir Bus sini saja tak kalah rapi dengan para
pialang yang mangkal di Bursa Efek Jakarta. Kalau mau memetaforakan, gembelnya
saja rapi. Sampai-sampai susah bedain yang mana artisnya dan mana yang hanya
orang biasa, coz dandanannya gak jauh beda.
Tapi anehnya, orangnya pada muales
mandi. Dalam satu minggu saja, mereka paling mandi dua atau tiga kali. Biasanya
pagi mereka paling membasahi rambutnya, gosok gigi trus langsung berangkat
kuliah. Aq jadi sedikit ikut ketularan, ya meskipun gak semalas mereka, paling
sehari aq mandi sekali, tapi tetep saja kalah putih dan kalah rapi dengan
mereka, dan tentuntunya kalah cakep juga. Tapi maklum juga, karena disini kalau
pagi dingin banget, dan juga juarang sekali berkeringat, jadi gak perlu juga
sering-sering mandi.
Transportasi umumnya memang nyaman,
mulai dari Busnya, kereta Metro Subwaynya, sampe kapal layarnya yang nyaman
menjadikan kotanya rapi dan tidak ada kemacetan yang berarti di jalanan. Tidak
seperti Jakarta yang semrawut dan kemacetan menjadi makanan sehari-hari, yang
bisa jadi 3 tahun lagi kalau masalah kemacetan itu tidak ditangani, maka
Jakarta akan menjadi kota lumpuh. Di samping kenyamanan dan kemudahan fasilitas
umum yang diberikan di Izmir, akan tetapi harus kita bayar setimpal dengan
mahalnya biaya hidup di sini. Sekali naik angkutan umum kita bayar 10000 ribu,
belum lagi kalau kita kencing di toilet umum, maka sekali kencing bayar sekitar
5000 rupiah, padahal di sini dingin jadi bawaannya pengen kencing terus.
Bayangkan kalau sehari kencing 5 kali saja, bisa abiz uang hanya untuk kencing,
so yang puya penyakit Beser mending gak usah kesini deh. Belum lagi kalau makan
di warteg sini, pake nasi dan ayam aja sekitar 40000 ribu, belum kalau tambah
minumnya, bisa sekitar 50 ribu.
Tapi semoga, semua pengalaman ini
menjadi bekal berharga bagi kehidupanku. Itulah sisi lain dari kehidupanku
sekarang. Kehidupan yang aq harapkan dapat menjadi pondasi baru bagi
kehidupanku yang lebih baik nantinya.
Komentar
Posting Komentar