Mengenal Orientalisme


Oleh : Labib Syauqi

"Mereka (Timur) tidak bisa tampil sendiri;
tapi mereka harus ditampilkan".

Karl Marx, The Eighteenth Brumaire of Louis Bonaparte

Pengertian Orientalisme dan Orientalis

· Orientalisme adalah cara memahami dunia timur, berdasarkan tempat-tempatnya yang khusus dalam pengalaman manusia Barat Eropa.

· Orientalisme adalah suatu gaya berpikir yang berdasarkan pada pembedaan ontologis dan epistemologis yang dibuat antara “Timur” (the Orient) dan pada umumnya “Barat” (the Occident).

· Orientalisme adalah cara Barat untuk mendominasi, merestrukturisasi, dan menguasi Timur.

· Orientalis adalah orang yang mengajarkan, menulis tentang, atau meneliti dunia Timur. Mereka mengklaim, bahwa merekalah yang memiliki pengetahuan sehingga mampu memahami dunia Timur. Sedangkan apa yang menjadi obyek kegiatannya adalah Orientalisme.

Mengenal Orientalisme

· Orientalisme berawal pada sekitar akhir abad 18 dan awal abad 19.

· Orientasi Orientalisme pada awlanya adalah orientasi akdemis, yang bertujuan untuk mengembangkan bidang keilmuan, baik sosiologi, sejarah, maupun filologi, dan bahkan politik. Akan tetapi dari orientasi akademis itu mulai terjadi pergeseran orientasi pada perkembangan selanjutnya.

· Orientalisme akan selalu hidup dengan adanya tesis-tesis dan doktrin-doktrin akademis tentang dunia timur.

· Orientasi Orientalsime setelah itu bergeser pada orientasi kolonialisme dan imperialisme.

· Orientalisme merupakan kepentingan-kepentingan Barat yang terdapat di dalam pembahasan tentang dunia timur.

· Usaha-usaha Orientalisme yang dilakukan Inggris maupun Perancis adalah usaha dengan seribu satu kepentingan, tujuan dan proyek. Mulai dari perluasan wilayah, koloni agama injili, koloni perdagangan, sampai koloni pemerintahan.

· Faktor pendorong Orientalisme Inggris dan Perancis disebabkan oleh faktor kedekatan yang dimiliki keduanya terhadap timur semenjak awal abad 19 sampai akhir Perang Dunia II.’

· Setelah Perang Dunia II, dominasi dan hegemoni dietruskan oleh Amerika terhadap dunia Timur.

Mengenal “Timur” dan “Barat”

· Timur maupun Barat tidak ada begitu saja, akan tetapi ada karena diadakan.

· Timur adalah suatu ide yang mempunyai sejarah dan tradisi berpikir, perlambang dan perbendaharaan bahasa yang telah meberikan kepadanya realitas dan kehadiran di dan bagi Barat.

· Timur pada dasarnya hanyalah sebuah ide, atau sebuah produk pemikiran khayali yang tak memiliki realita.

· Timur adalah diciptakan (ditimurkan), timur ditimurkan tidak hanya karena ia dalam keadaan “bersifat timur”, tetapi juga karena ia dapat dijadikan timur.

· Orientalisme telah berhasil mengkonstruksi Timur sebagai irrasional, eksotik, tidak beradab, mistis dan lainnya. Konstruksi semacam ini dibangun dengan menggunakan standarisasi yang ditetapkan Barat sendiri, tanpa didialogkkan terlebih dahulu dengan Timur. Akibatnya, tidak terhindarkan konstruksi monolitik tentang Timur. Konstruksi monolitik Barat ini berpunggungan dengan realitas yang terdapat di dunia Timur yang heterogen dan berkembang secara dinamis.

· Timur telah membantu mendefinisikan Barat secara imajinatif, ideal, dan differensial.

Tentang Orientalisme

· Orientalisme adalah lapangan kajian intelek. Dan juga Orientalisme adalah sebuah bidang kajian yang sarat dengan ambisi geografis.

· Pada Barat Kristen, Orientalisme dianggap mengawali eksistensi formalnya dengan keputusan Dewan Gereja Wina tahun 1312 untuk mengajarkan bahasa Arab, Yunani, Ibrani, dan Syiria, di Paris, Oxford, Bologna, Avignon, dana Salamanca.

· Di antara program-program Orientalsime adalah ketika universitas-universitas di Barat menetapkan departemen-departemen atau program bahasa-bahasa atau peradaban-peradaban Timur, (Oriental Languages/Civilizations).

· Perlawanan Timur terhadap Barat juga banyak terjadi, seperti yang terjadi ketika sekelompok orang Kristen Jepang yang mengusir Portugis. Akan tetapi hanya Timur Arab dan Islam yang menghadang Eropa dengan tantangan yang gigih di sektor politik, intelektual dan selama beberapa waktu juga di sektor ekonomi. Karenanya sebagian besar dari sejarah Orientalisme di tandai oleh sikap Eropa yang problematis terhadap Islam.

· Islam adalah provokasi nyata, secara geografis dan budaya, Islam terletak dalam kedekatan yang menggelisahkan bagi agama Kristen. Ia menggali ke dalam tradisi-tradisi Yahudi-Yunani, meminjam secara kreatif dari agama Kristen dan mengembangkan diri dengan keberhasilan militer dan politiknya yang tak tertandingi.

Para Orientalis

· Arthur James Balfour pada tahun 1910—ketika ia menjadi anggota parlemen Inggris—di Majelis Rendah Inggris yang menjustifiksi perlunya pendudukan Inggris atas Mesir. Balfour menyatakan bahwa Inggris sangat berhak untuk menyelenggarakan pemerintahan di Mesir. Sejarah membuktikan bahwa pemerintahan yang diselenggarakan oleh Inggris lebih baik dari pemerintahan yang diselenggarakan oleh Mesir sendiri. Lebih dari itu, dengan diselenggarakannya pemerintahan di Mesir oleh Inggris yang akan mengambil manfaat bukan hanya Mesir, tapi juga Inggris dan Eropa (Barat) pada umumnya. Dimana, menurut Balfour, Inggris dan Eropa adalah dunia yang beradab.

· Selanjutnya ada Conrad, Nostromo (1904). Nostromo memaparkan retorika Amerika dalam menata Timur dan Dunia Ketiga pada umumnya. Melalui tokoh Holroyd, Conrad menunjukkan bahwa semua orang Amerika memiliki perasaan yang sama, yaitu: kita adalah nomor satu, kita diciptakan untuk memimpin, kita mendukung kebebasan, keteraturan dan lainnya. Dari perasaan yang merasuki semua orang Amerika ini tampak adanya kepongahan yang melanda orang Barat.

· Salah seorang Orientalisme tokoh dalam studi kritis sejarah al-Qur’an adalah Arthur Jeffery (1959) berasal dari Australia. Menurut dia tidak ada yang istimewa dari sejarah al-Qur’an. Sejarahnya sama dengan sejarah kitab-kitab suci yang lain. Al-Qu’an menjadi teks standart yang dianggap suci. Dalam pandangan Jeffery, sebuah kitab itu dianggap suci karena tindakan masyarakat (the action of community), tindakan komunitas masing-masing agama, yang menjadikan sebuah kitab itu suci.

· Termasuk Orientalis paling awal yang menyatakan bahwa Muhammad tidak punya niat untuk menghimpun meteri wahyu adalah Aloys Sprenger (1813-1893), dia berpendapat bahwa Muhammad adalah penyampai al-Qur’an untuk orang buta huruf, bukan untuk ditulis di atas kertas. Senada dengan Sprenger, Hartwig Hirshfeld (1934), seorang Orientalis Yahudi berpendapat bahwa Muhammad tidak berusaha untuk menghimpun materi wahyu kedalam sebuah buku. Menurut dia, tidak dibukukannya materi wahyunya Muhammad karena memang Muhammad tidak ingin menhimpunnya, dan juga karena supaya Muhammad bisa bebas merubah ayat-ayat yang tidak sesuai dengan keadaan lagi. Muhammad lebih suka para muridnya untuk menghafal materi wahyu tersebut.

· Selanjutnya ada seorang Orientalis bernama Leone Caentani (1935), dia termasuk orang yang paling awal menolak bahwa al-Qur’an telah dihimpun pada zaman Abu Bakar. Ia menulis bukunya yang berjudul Annali dell’ Islam, dalam bukunya itu dia menolak hadith yang menyatakan bahwa al-Qur’an pertama kali dihimpun pada zaman Abu Bakar. Dalam pandangan dia, Hadith tersebut bertujuan untuk menjustifikasi tindakan Utsman dalam menghimpun al-Qur’an.

· Mengutip dan mengembangkan lagi pendapat Caentani, Friedrich Schwally (1919), menolak riwayat-riwayat yang menyatakan bahwa al-Qur’an telah dihimpun pada zaman Abu Bakar.









Komentar

Postingan Populer